----------------------------musik etnis--------------------------
PERANG PATTIMURA ADALAH
PERANG KEMERDEKAAN RAKYAT
------------------------------musik etnis------------------
SEMUA : PERANG PATTIMURA, TIDAK TERJADI SECARA MENDADAK, TETAPI MERUPAKAN AKUMULASI BERBAGAI PERISTIWA, YANG TELAH BERKEMBANG SELAMA RATUSAN TAHUN. DARI TAHUN 1600AN HINGGA TAHUN 1800AN, TIMBUL BERBAGAI PERISTIWA DAN PEPERANGAN, YANG SANGAT MEMPENGARUHI KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA RAKYAT MALUKU.
Pembaca 1 : Tanggal 17 Pebruari 1776, kekuasaan VOC atas Maluku beralih ke tangan Inggris, berdasarkan “ Warkat Kew “ , maka pada permulaan Maret 1776, Residen Saparua menyerahkan Saparua dan Nusalaut ke tangan komandan Inggeris. Pada zaman pemerintahan Inggris, kerja kwarto dan rodi diperingan, rakyat diberi lebih banyak kebebasan untuk berdagang, menyebabkan mobilitas yang besar, dan menghidupkan perniagaan.
Pembaca 2 : Tahun 1814, Traktat London ditanda-tangani oleh Belanda dan Inggeris. Akibatnya, kekuasaan Inggeris atas daerah jajahan di Hindia Belanda pun jatuh kembali ke tangan Belanda. Pada tanggal 8 Maret 1817, armada Laut Belanda yang terdiri dari kapal-kapal perang REYGERSBERGEN, NASSAU, EVERTSEN, dan kapal-kapal pengangkut SWALLOW, SALABONE, dan MALABAR, berlayar memasuki Teluk Ambon, sambil membawa pasukan tentara Belanda.
Akhir Maret 1817, Residen Van Den Berg mengambil alih Saparua dan Nusalaut dari tangan Residen Inggris. Dengan pergantian itu, rakyat merasa, adanya perbedaan antara kekuasaan Inggris dan Belanda.
Pembaca 1 : Di jaman penjajahan Inggeris, kebun – kebun cengkeh dan pala berkembang dengan subur, Bandar Ambon menjadi pusat perdagangan di bagian Timur Nusantara. Pedagang – pedagang dari Barat Nusantara, bebas berlayar masuk keluar Maluku. Namun, sesudah Tanah Maluku di kembalikan kepada Belanda pada Tahun 1817, segala peraturan di zaman VOC diberlakukan lagi, monopoli dijalankan lagi. Kebebasan yang diberikan oleh pemerintah Inggris kepada rakyat dihapuskan semua. Keadaan ini membuat rakyat menjadi resah, gelisah, cemas dan tidak senang sama sekali. Dalam waktu yang singkat, tindakan Pemerintah Belanda di Maluku, mematangkan keadaan untuk pecahnya suatu kemerdekaan rakyat.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Untuk menghadapi Kolonialisme Belanda, di Pulau Ambon, Haruku, Seram, Nusalaut, dan Saparua, dan ditempat-tempat lain, rakyat berkumpul untuk mengkonsolidasi kekuatan dan menyusun strategi peperangan.
Pembaca 1 : Pada tanggal 3 Mei 1817, Thomas Matulessy mengambil inisiatif mengumpulkan orang laki-laki dari Haria dan Portho, untuk bermusyawarah di Dusun Waehauw. Disana mereka bersumpah untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Pertemuan dilanjutkan lagi pada tanggal 9 Mei 1817. Tanggal 14 Mei 1817 diadakan musyawarah besar para raja-patih, para kapitan, dan para pemuda di Gunung Saniri. Dalam musyawarah besar ini, Thomas Matulessy dipilih dan dinobatkan sebagai Penghulu Perang, dengan gelar “Kapitan Pattimura”.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Untuk mensukseskan peperangan, Kapitan Pattimura, memilih beberapa orang yang cakap dan gagah berani, sebagai pembantu-pembantunya. Mereka antara lain :
- Anthony Rhebok dari Saparua, yang ditugaskan mengatur strategi militer di Saparua dan Nusalaut.
- Philip Latumahina dari Paperu, yang ditugaskan mengatur pertahanan di Waisisil.
- Melchior Kesaulya dari Siri-Sori, yang ditugaskan sebagai komandan pasukan rakyat di Haruku untuk merebut Benteng Zeelandia.
- Lukas Lisapaly dari Ihamahu, yang terkenal dengan sebutan Kapitan Aron, ditugaskan memimpin pasukan rakyat di Jasirah Hatawano.
- Frans Titaley, Raja Saparua, yang ditugaskan memimpin rakyatnya untuk menyerang Benteng Duurstede.
- Said Perintah, Raja Siri-Sori Salam, yang ditugaskan memimpin pasukan rakyat dari Jasirah Tenggara.
- Paulus Tiahahu, dari Abubu, yang ditugaskan memimpin pasukan rakyat dari Nusalaut.
- Kapitan Ulupaha, dari Seith, yang ditugaskan memimpin pasukan rakyat dari Jasirah Leihitu, untuk menyerang Markas Belanda di Hila.
Pembaca 1 : Malam hari, tanggal 14 Mei 1817, rakyat Porto dan Haria membakar arumbai pengangkut pos dan kayu nani milik Residen, yang sedang disiapkan untuk berangkat ke Ambon. Pada keesokan harinya tanggal 15 Mei 1817, terjadilah tembak menembak antara rakyat Haria dan Porto dengan tentara Belanda, yang dikerahkan dari Benteng Drurstede.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Pada tanggal 16 Mei terjadilah peristiwa besar yaitu penyerbuan benteng Drurstede, yang merupakan pusat kekuasaan Kolonial. Penyerbuan tersebut menyebabkan korban berjatuhan, Namun, tidak mengurangi semangat dan tekad rakyat, yang akhirnya Benteng Duurstede yang kokoh itu, jatuh ke tangan rakyat.
Pembaca 1 : Seluruh tentara belanda dan Residen Van den Berg dan keluarganya tewas, kecuali anak laki – lakinya yang berumur 5 tahun yaitu Jean Lubert Van den Berg, yang diselamatkan oleh Kapitan Pattimura. Sewaktu peperangan berakhir anak itu, dikembalikan kepada Pemerintah Belanda.
Pembaca 2 : Pemerintah Belanda di Ambon dan Batavia sangat terkejut, karena sebelumnya mereka tidak percaya kepada berita – berita yang tersiar, bahwa rakyat akan mengangkat senjata melawan Belanda di seluruh pelosok negeri.
Pembaca 1 : Tergesa - gesa Mayor Beetjes dengan 300 orang serdadu yang dipersenjatai dengan meriam – meriam kecil, berangkat ke Saparua. Tanggal 20 Mei 1817, adalah hari yang naas bagi tentara Beetjes. Dipantai Waisisil tempat tentara Beetjes mendarat, pasukan rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura dan kawan-kawan, menghancurkan pasukan Beetjes. Mayor Beetjes sendiri mati tertembak dan hanya 30 orang yang berhasil menyelamatkan diri.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Kemenangan pasukan Pattimura di Wasisil menggemparkan seluruh Pemerintah Belanda di Ambon dan Betavia. Peristiwa ini merupakan suatu tamparan yang keras kepada Belanda.
Pimpinan Belanda di Ambon menjadi panik dan saling tuduh menuduh dan saling mempersalahkan.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Sesudah benteng Drusrtede jatuh, markas besar pasukan rakyat di pusatkan di negeri Haria, di bawah komando Kapitan Pattimura, dengan beberapa pertahanan di Saparua dan di Nusalaut. Dua orang Kapitan diperintahkan memimpin pasukan rakyat untuk merebut benteng Zeelandia di pulau Haruku.
Pembaca 2 : Pada tanggal 29 Mei 1817, atas dasar musyawarah besar, yang dilaksanakan sejak tanggal 26 Mei, yang dihadiri oleh para Kapitan,para Raja Patih, beserta stafnya, dari Hunimua, Saparua, Nusalaut dan Seram, mencetuskan : “ Proklamsi Haria “, yang berisi 17 pasal, sebagai pertanggungjawaban kepada rakyat, mengapa rakyat mengangkat senjata untuk memerangi Belanda. Inti Proklamasi Haria pada hakekatnya berisi :
Semua : 1. Memberi dasar hukum bagi Perang Pattimura, yang mulai dikobarkan pada tanggal 15 Mei 1817.
2. Menyatakan dengan tegas dan jelas bahwa, Perang Pattimura adalah perang Rakyat Maluku menentang kelaliman.
3. Memberi pengakuan, atas kepemimpinan Thomas Matulessy sebagai Pemimpin dan Panglima perang.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Dalam keadaan panik, Pemerintah Belanda di Ambon di kejutkan lagi dengan pergolakan baru di Jasirah Hitu. Begitu pula dengan rakyat di Huamual Seram Barat, rakyat Seram Tengah dan Timur, turut mengangkat senjata melawan penjajah. Api peperangan melawan penindasan dan penjajahan telah menjalar kemana – mana.
Pembaca 2 : Untuk memperkuat pasukan rakyat, Kapitan Pattimura mengadakan hubungan dengan raja – raja di Sulawesi Selatan, Bali dan Lombok, mereka mengirim senjata api dan mesiu, melalui pedagang – pedagang. Ketika Belanda mencium hubungan ini, mereka mengadakan blokade laut yang ketat, untuk menghalau pedagang – pedagang dari lain wilayah Hindia Belanda, masuk ke perairan Maluku.
Pembaca 1 : Kekalahan demi kekalahan Angkatan Perang Belanda di Maluku, memaksakan pemimpin – pemimpin pemerintah kolonial mensiasati jalan perundingan, sambil menunggu bala bantuan dari Betavia.
Pembaca 2 : Perundingan di Hatawanno antara kedua belah pihak mengalami kegagalan, sehingga terjadi lagi pertempuran demi pertempuran di berbagai tempat.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Setelah bala bantuan Belanda tiba di Ambon, maka Belanda mulai serangan balasan, yang merubah situasi peperangan. Bantuan pasukan yang besar di pimpin oleh laksamana Beyskes, dengan persenjataan yang lengkap serta armada yang kuat, dikerahkan ke Lease. Negeri – negeri di Lease di jadikan lautan api. Pertempuran sengit terjadi pada beberapa fron, yang menjatuhkan banyak korban. Namun Rakyat Maluku sudah punya tekad :
Semua : “ Merdeka atau Mati “
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Dengan kekuatan yang tidak seimbang itu, Belanda berhasil merebut pertahanan – pertahanan rakyat di Saparua dan di Nusalaut. Para Raja Patih dan Pahlawan – pahlawan kita, ditangkap satu per satu, kemudian di bawah ke Ambon, dan di tahan di Benteng Neuw Victoria.
Pembaca 1 : Atas putusan Pengadilan Belanda di Ambon, tanggal 12 Desember 1817, Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura, beserta pahlawan lainnya dijatuhi hukuman gantung.
------------------------------musik etnis (bedug masjid)------------------
Pembaca 2 : Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura di eksekusi di lapangan depan Benteng Nieuw Victoria. Tanpa dendam sedikitpun, Kapitan Pattimura berjalan menuju tiang gantungan, dengan langkah yang tegap dan tabah serta senyum, ia menyapa semua orang yang berada di sekitarnya :
Semua : “SELAMAT TINGGAL TUAN – TUAN…..
BETA AKAN MATI, TETAPI NANTI,…. AKAN BANGKIT PATTIMURA – PATTIMURA MUDA, YANG AKAN MENERUSKAN, BETA PUNYA PERJUANGAN “
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Jenazah Kapitan Pattimura dimasukan dalam kurungan besi, kemudian diletakan di pinggir jalan, di Kawasan Taman Makmur sekarang, untuk dipertontonkan kepada rakyat Ambon, kemudian di buang ke laut.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 2 : Walaupun Kapitan Pattimura dan kawan-kawan telah dibunuh, namun api perjuangan rakyat Maluku, terus dilanjutkan oleh Martha Christina Tiahohu, sampai srikandi Maluku ini tertangkap. Dalam perjalanan sebagai tawanan ke Pulau Jawa, di atas kapal perang “Everston“, Srikandi Maluku, yang tidak mengenal kompromi ini mogok makan, mogok pengobatan, mogok perawatan dokter. Ia memilih mati dari pada di perbudak oleh penjajah. Pada tanggal 2 Januari 1818, Srikandi Maluku ini, menghembuskan napasnya yang terakhir, dan jenasahnya di buang ke Haribaan laut Banda.
Semua : MUTIARA DARI NUSALAUT ITU TELAH TIADA,… NAMUN SEMANGAT SRIKANDINYA TETAP BERSINAR TERUS SEPANJANG MASA, DARI GELORANYA LAUT MALUKU NAN KAYA RAYA.
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Para Pahlawan telah mengorbankan jiwa raganya di tiang gantungan sebagai konsekuensi dan resiko kepemimpinan perjuangan mereka, tetapi dari tiang gantungan, dan geloranya Laut Maluku nan kaya raya, mereka menyampaikan amanatnya, kepada katong samua :
Semua : “ TERUSKAN……. TERUSKANLAH PERJUANGAN, AGAR KATONG BEBAS DARI PENINDASAN DAN PEJAJAHAN “
------------------------------musik etnis------------------
Pembaca 1 : Pada abad ke – 20, Pattimura – Pattimura muda terjun ke arena pergerakan, dengan cara yang lebih moderen, yaitu dengan berpolitik melalui organisasi – organisasi perjuangan rakyat. Lahirlah Serikat Ambon dan Inatuni, dengan tokoh – tokoh Pejuang Nasional, seperti : : Alexander Jakob Patty, Meester Johanes Latuharhary, Dokter Kayadoe, Dokter Johanes Leimena, Dokter Latumeten, Dokter Sitanala, dan Abdul Mutalib Sangaji, yang bergerak melalui PSII, serta pejuang – pejuang lainnya.
Pembaca 2 : Tahun 1945, Pattimura – Pattimura Muda yang telah bangkit, dalam wujud organisasi – organisasi perjuangan di berbagai Kota; antara lain, API Ambon di Jakarta dan Bandung, PRI Maluku di Surabaya, AMIM di Yokyakarta, dan organisasi pemuda Maluku lainnya.
Organisasi-organisasi Pemuda Maluku ini, kemudian melebur diri menjadi Pemuda Indonesia Maluku (PIM), yang kemudian membentuk Divisi Pattimura dengan Resimen Tulukabessy nya, untuk mengangkat senjata bersama-sama dengan laskar-laskar perjuangan lainnya, dari berbagai daerah di Indonesia.
Pembaca 1 : Pejuang – Pejuang Rakyat Maluku itu telah tiada, tetapi harapan mereka kepada kita semua, generasi masa kini, dan generasi mendatang……
------------------------------musik etnis (sawat)------------------
Semua : “JADILAH PATTIMURA – PATTIMURA PEMBANGUN DAN PENDAMAI,………
PERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945 ……
ISILAH KEMERDEKAAN DENGAN SEMANGAT KEJUANGAN PATTIMURA,…..
MENUJU MALUKU YANG DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA BERBUDAYA.
------------------------------musik etnis ------------------
(toto buang dan diikuti lainnya)-----
Tuesday, August 23, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Apakah Maluku akan siap dan bersifat terbuka, apabila suatu saat muncul kisah Pattimura dengan versi yang berbeda?
Selama ini Kisah sejarah kita kebanyakan di"translate" dari versi Belanda, sementara kita juga mengakui bahwa Belanda terkenal dengan politik pecah belah, adu domba, diskriminatif,dsb.
Bila muncul kisah dengan versi yang berbeda dari anak negeri sendiri, kira-kira bagaimana Maluku akan menyikapinya???
Post a Comment